Rabu, 30 Mei 2012

Tak Kuasa

Rani, 30 tahun. Seorang wanita berparas cantik dan supel. Di usia ini dia masih harus mencari kerja lagi untuk menghidupi putranya seorang diri. Berbekal ijazah SMA dan pengalaman bekerja sebagai sales promosi, akhirnya dia mendapat kerja di perusahaan kosmetik.

Berawal 9 tahun silam, 3 tahun setelah dia lulus Sekolah Menengah Atas. Rani memutuskan untuk menikah. Rani memang tidak meneruskan kuliah kala itu, dia lebih memilih untuk bekerja saja. Toh, akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga juga pikirnya.

Bersama Anto, dia mulai mengarungi bahtera rumah tangganya. Awalnya sungguh bahagia di bulan-bulan pertama. Hingga saat Rani dinyatakan hamil, kebahagiaan yang tak terhingga yang mereka rasakan. Rani memutuskan berhenti bekerja agar dapat menjaga buah hatinya. Dan semua berubah ketika kehamilan berusia 6 bulan. Ketika itu Anto terkena PHK dari tempatnya bekerja. Uang pesangon yang tidak seberapa habis untuk menghidupi keluarganya. Hingga tiba waktunya, Rani melahirkan seorang putera. Disaat mereka tidak punya apa-apa. Beruntungnya Rani masih punya keluarga yang mau membantu.

Bukan tanpa usaha, memang susah mencari kerja. Berbulan-bulan Anto tidak bekerja, Rani kesal dengan suaminya. Tuntutan hidup untuk menafkahi istri dan puteranya tidak terlaksana. Dan suatu saat Anto bertemu teman lamanya. Dia menawarkan untuk ikut bekerja bersamanya menjadi kuli di sebuah pertambangan batubara. Dengan gembira Anto terima tawaran tersebut untuk bekerja di Kalimantan dengan harapan ia akan dapat mengubah hidup keluarga kecilnya menjadi lebih baik. Berangkatlah Anto ke Kalimantan untuk bekerja.

Enam bulan berlalu, Anto masih rutin mengirimi Rani uang tiap bulannya. Kehidupan normal seperti biasa. Dan Anto pun memboyong Rani dan puteranya untuk ikut tinggal dengannya di Kalimantan. Bulan-bulan pertama memang tak terasa. Rani dan puteranya tinggal disana. Namun lama-kelamaan Rani tak kuasa. Rasa bosannya mulai melanda. Bayangkan, dia harus tinggal di daerah pedalaman yang sunyi dan jauh dari mana-mana. Bahkan untuk berbelanja ke kota harus menempuh perjalanan 4 sampai 8 jam perjalanan. Sungguh berbeda dengan di ibukota, Rani mau apa saja semua serba ada. Akses mudah jika ingin kemana-mana. Apalagi saat Rani harus tinggal dirumah berdua bersama sang putera sementara suami berhari-hari berada di kawasan pertambangan. Bosan dan jenuh melanda. Puncak dari segala rasa akhirnya Rani minta kembali ke ibukota. Keadaan yang membuat Rani tak kuasa.

Bulan berlalu, tahun berganti, keadaan masih tetap begini. Kamu disana aku disini. Dan tak ada kemesraan lagi karena Anto pulang setahun sekali. Karena sudah lama tak bersua, Anto tak kuasa untuk tidak bercinta. Dia pun mempersunting perempuan desa. Bagai petir di siang bolong hingga membuat Rani menjadi bengong. Entah apa maksud tujuannya. Entah karena kasihan atau bagaimana. Teman lama Anto mengabarkan Rani bahwa suaminya telah menikah siri. Sungguh Rani tak pernah mengira semua ini akan terjadi. Anto mulai berubah, dia tak lagi peduli dan mengirim uang pun jarang sekali.

Dalam curhatnya Rani bercerita, ia ingin mengakhiri saja. Untuk apa hidup bersama jika tak dapat bersatu dan untuk apa hidup bersatu jika tak dapat bersama. Begitulan kira-kira pikirannya. 9 tahun waktu mereka berjalan sia-sia. Mungkin seperti itulah salah satu kendala berumahtangga. Tak tahu harus menyalahkan siapa, atau mungkin salahkan rasa tak kuasa.

Ternyata rasa 'tak kuasa' dapat merubah 'bahagia'!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar