Jumat, 21 Desember 2012

Kulihat kelabu dimatamu


Bukan awan mendung yang gelayutan
Bukan pula debu jalanan yang beterbangan
Seperti ada hasrat terpendam
Seperti ada semangat teredam

Duduk terdiam di teras depan
Tak keluar satu ucapan
Diam seribu bahasa
Hampa kehilangan asa


Ingin rasanya kupinjamkan bahuku
Atau hanya sekedar menghiburmu
Tersenyumlah bersamaku
Lepas sejenak beban dipundakmu

Bukan karena aku mau tahu
Bukan ingin mencampuri urusanmu
Bukan, bukan itu maksudku
Hanya saja, kulihat kelabu dimatamu



Rabu, 05 Desember 2012

Aku dan Hujan


Saat hujan datang, lihatlah ke luar jendela
coba hitung titik air yang jatuh dari langit
Sebanyak itulah aku merindukanmu...

Saat kesunyian menyerang, aku selalu merindukan hujan,
karena di tiap bulirnya aku menitipkan kenangan ....

Tak ada senandung semerdu rinaimu,
hujan…izinkan aku berdansa dengan wangi tanah
yang meniupkan wangi aroma tubuhmu ...

Aku dan Hujan berpacu, siapa yang lebih cepat mengusap airmatamu…

Jangan lagi rintik hujan ini menyiksa, 
aku hanya ingin kita bahagia tanpa ada lagi air mata juga genangan di hati kita...

 
Derasnya hujan, mengetuk dan mengusik masa lalu yang sudah lama aku lupa,
atau setidaknya sudah tak mau aku ingat lagi, kamu...

Biarlah hujan bercerita tentang rintik sepi, dan aku bersembunyi di balik tirainya…

Lirih hati menangis, dengarkah engkau wahai pemilik rindu merana? 
kepadamu puisi hujan selalu tercipta, menatap rintiknya dari balik jendela...

Kelak di suatu waktu di masa depan. Hujan & luka sepakat berbaikan.
Sementara kenangan hadir dengan senyuman….

Ku berikan hatiku, kau serahkan rintikmu dan ragamu, 
hujan…biarkan lautan membawamu

( anonymous )





Selasa, 27 November 2012

Akhir 20an


Alhamdulillah puji syukur kepada Allah Sang Pencipta manusia dan semesta. Hari ini adalah hari terakhir saya menjalani kehidupan di usia Dua Puluhan. Dengan penuh harapan bahwa esok ketika saya bangun tidur, saya masih bisa membuka mata, saya masih diberikan karuniaNya berupa kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan yang terpenting keberkahanNya.

Saya hanya ingin berterima kasih atas segala yang telah Allah berikan sehingga saya bisa menjalani kehidupan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Begitu banyak karuniaNya yang tak terkira yang sudah saya dapatkan. Gak akan cukup kalo saya sebutkan satu per satu. Walau terkadang Dia beri sedikit sentilan, teguran bahkan hukuman, itu semua semata-mata untuk menjadikan saya pribadi yang lebik baik lagi. 

Terima kasih juga untuk orang-orang yang saya cintai. Saya mencintai kalian seperti kalian mencintai saya. Karena kalian hidup ini menjadi lebih berwarna. Kalian sungguh berarti dalam hidup saya.

Akhir 20an tidak membuat saya merasa tua, hanya saja sudah harus mawas diri. Semoga saya bisa menjalani hari-hari kedepan dengan semangat dan jiwa muda. Dan semoga keberkahanNya menyertai kita semua. Aamiin...

Terima kasih Allah
Terima kasih cinta
Terima kasih semesta



Rabu, 21 November 2012

Kosong


Jika kamu pikir tulisan ini kosong, memang benar. Karena sesungguhnya saya lagi gak punya ide mau nulis apa, jadinya saya iseng-iseng nulis sesuatu yang gak ada isinya. Hal ini juga bisa kamu lakukan lho kalo kamu ingin memberitahukan sebuah cerita atau rahasia atau ungkapan hati tapi kamu malu untuk menceritakan atau menuliskannya. Hanya orang-orang cerdaslah yang bisa membaca tulisan seperti ini. Sama seperti kamu, kamu itu termasuk salah satu orang cerdas. Buktinya kamu udah bisa membaca tulisan ‘kosong’ yang saya buat. Nah, silakan mencontoh…sapa tau hati kamu jadi lega telah mengungkapkan semua isi hati yang tadinya malu kamu ungkapkan.



Sabtu, 17 November 2012

Sebungkus Nasi Warteg



Abis baca berita tentang kenaikan upah minimum provinsi. Denger banyak banget komentar-komentar tentang berita tsb, khususnya ditujukan buat pemerintah. Terus langsung dech ‘orang dulu’ pada berkeluh kesah. Kata ‘orang dulu’ : “kalo dulu ya di jaman Orde Baru, pegawai tuh kerja cuma digaji Rp 300,000. Harga barang dan sembako masih murah. Nasi warteg sebungkus dengan lauk lengkap harganya cuma Rp 500,- itu udah enak banget lauknya. Tapi jaman sekarang gaji Rp 1.500.000 gak bisa buat apa-apa. Nasi warteg sebungkus dengan lauk biasa aja harganya Rp 7.000,- jadi buat apa dinaikin gajinya kalo harga barang makin mahal” (yaaaa…gak gitu juga kali, gaji dinaikin mah harus…tapi harga barang kalo bisa turun atau minimal stabil laaah)
 
Emang sih kalo dipikir-pikir, bukannya gak bersyukur, coba deh kita hitung aja dari sebungkus nasi warteg. Kalo harganya Rp 500,- sebungkus, dengan gaji Rp 300.000,- berarti bisa membeli ± 600 bungkus nasi warteg. Kalo harga nasi warteg Rp 7.000,- sebungkus, dengan gaji Rp 1.500.000 berarti kita cuma bisa membeli ± 215 bungkus. Dari situ aja kita udah bisa menilai mengenai pemenuhan kebutuhan. Iya gak sih?
 
Jangan pernah berpikir kalo ‘orang dulu’ itu adalah saya, karena saya jaman dulu belum bekerja ^^,