Sabtu, 22 September 2012

Akulah pasanganmu



Yeay…ketemu lagi kita hehehe… saya punya cerita nih. Cerita tentang pengalaman saya menuju istana di negeri khayangan (halah…)

Tiap kali pergi dan pulang kerja saya selalu diantar dan dijemput oleh bang Jepri. Ojek Pribadi yang cukup dibayar dengan cinta dan kasih sayang (ejiyeee...)

Tapi kali ini saya gak mau cerita tentang bang Jepri. Ada hal lain yang lebih menarik yang ingin saya tulis. Tentang pasangan, yap…pasangan hidup kita atau mereka. Suatu hal yang sempat menggelitik pikiran saya.

Sore itu sepulang kerja, saya naik angkot menuju ke terminal melewati sebuah pasar. Seperti biasa, supir angkot berkali-kali berhenti untuk menaik-turunkan penumpangnya. Sebelum masuk ke area pasar, supir angkot berhenti untuk menunggu penumpang (istilah kerennya ‘ngetem’)

Saya dikagetkan oleh suara perempuan yang sangat lantang, dengan membawa sapu ijuk, diacungkannya sapu tsb lalu dipukul-pukulkan kearah seorang laki-laki yang saya pikir adalah suaminya. Perempuan itu berteriak sambil marah-marah “ELO YE…GAK TAU DIRI, BUKANNYA PULANG MALAH ENAK-ENAKAN NONGKRONG DISINI. NOH ANAK LO UDAH 2 HARI GAK MAKAN. KERJA YANG BENER LO, BUKANNYA CUMA NONGKRONG-NONGKRONG….(bla..bla..bla…gak jelas). Sang suami perlahan mundur sambil menangkis pukulan istrinya. Hal ini menjadi sebuah tontonan orang banyak. Semua orang yang nongkrong didepan tukang bubur kacang ijo itu gak ada yang berani melerai. Dan sejenak kemudian angkot yang saya tumpangi pun melaju.

Yang ada dipikiran saya saat itu adalah ‘bukankah sebagai seorang istri harus berbakti pada suami, betapa durhakanya perempuan tsb’. Ooh tapi gak…gak… saya gak boleh menjudge orang seperti itu. Semua ada sebab akibatnya kenapa perempuan bisa seperti itu. Laah, pasangannya aja seperti itu. Coba ya, kalo suaminya itu bertanggung jawab, bekerja dengan baik, menafkahi anak istrinya, berbagi waktu dengan keluarga, dan membimbing mereka. Dijamin deh pasti istri dan anaknya gak akan durhaka terhadapnya. Tapi kalo suaminya suka nongkrong-nongkrong gak jelas daripada mendidik anak-anaknya dirumah apalagi sampai gak menafkahi anak istrinya, wajar aja kalo anak istrinya durhaka terhadapnya (gak boleh juga sih sebenernya hehe…)
Namanya juga manusia, terkadang gak mampu menahan emosi dan menyalurkannya kedalam hal-hal yang baik.

Ngapain juga sih pusing-pusing saya pikirin. Toh itu bukan masalah saya. Tapi setidaknya saya bisa tulis dan share pikiran saya pada kalian


Karena sesungguhnya wanita baik-baik adalah untuk laki-laki baik-baik
Laki-laki baik adalah untuk wanita baik-baik (pula)
Dan wanita keji adalah untuk laki-laki keji
Laki-laki keji adalah untuk wanita keji (pula)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar